lokal, hal ini berkat langkah PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) yang akan memproduksi mesin
Lalu, bagaimana perbandingan kedua mesin di segmen SUV kompak ini?
Mesin Toyota GR Yaris 2021 (Foto: carscoops.com)Sedang marak-maraknya mobil hybrid, Toyota justru menghadirkan
dibalik harga banyak hal yang harus perhatikan, seperti fitur keamanan, kenyamanan, after sales, purna jual
turbo, setidaknya Honda dapat berhemat dalam hal penyediaan komponen mesin.
manual.Biaya yang perlu dikeluarkan yaitu Rp821 ribuan untuk perawatan 10.000 km dengan penggantian oli mesin
Memang desain yang tangguh, kabin yang lapang, dan mesin yang irit menjadi daya tarik Honda untuk bersaing
Toyota Avanza 1.5 Tak Muncul di Pricelist, Tanda Toyota Fokus Jual Tipe 1.3 atau Tanda Lahir Generasi
Apakah calon mobil baru Indonesia ini mengusung mesin serupa milik saudaranya di Malaysia?
Khususnya WR-V versi India yang tersedia dalam mesin diesel.Pasalnya WR-V merupakan sebuah mobil baru
yang ditawarkan khusus pada tipe L.Dengan tenaga tertinggi 142 PS dan torsi maksmal 250 Nm menggunakan mesin
dan Transmisi Mobil BrioPada bagian mekanis, Konfigurasi mesin Brio adalah 1.2 liter i-VTEC 4 silinder
Hyundai Indonesia Resmi Jual IONIQ Electric 2021 dan Kona Electric 2021, Dibanderol Rp 600 JutaanMerek
Fortuner 2.8L VRZ AT 4x4 dengan harga Rp 703 jutaToyota Fortuner 2021 facelift hadir dengan pilihan mesin
pada pembahasan ini kami ingin mengamati mana model LMPV yang paling bagus bila dilihat dari nilai jual
Ternyata, kapasitas mesin yang dimiliki kedua mesin Toyota Avanza 2020 ini sedikit banyak berpengaruh
., Ltd. terhadap mobil dengan kapasitas mesin 1.000cc. yang tersedia pilihan mesin turbo ini.Re-Desain
otomotif.Konsumen mobil seperti New Suzuki Baleno Hatchback ini tak sedikit yang mengincar performa mesin
Shanghai Auto Show 2021, China pada April lalu, generasi terbaru Nissan X-Trail hadir dengan pilihan mesin
Demi Meningkatkan pelayanan, DFSK buka contact center sebagai layanan purna jual.
Bertani itu dalam sudut pandang bisnis sama aja dengan jenis usaha lainnya. Pasti tuh ada usaha yang sukses juga ada banyak usaha yang kurang menguntungkan. Saya kasih contoh real nih. Ayah saya punya ladang kopi dengan 12.000 pohon. Dalam kondisi idealnya pohon kopi itu dapat menghasilkan 3 kg biji kopi/tahun. Artinya 12.000 batang kopi bisa ditaksir memproduksi 30 ton kopi/tahun. Dengan harga kopi 15 ribu berarti omzetnya 450 juta/tahun. Harga kopi fluktuatif (tapi tidak drastis cenderung bertahap). Saat ini paling rendah kisaran 15 ribu paling tinggi 24 ribu kalau tidak salah. Jadi omzetnya ditaksir antara antara 450 sampai 700 juta/tahun. Dengan margin keuntungan antara 50–80%. Apakah penghasilan segitu terlihat miskin? Tentu tidak kan. Itu baru satu aset loh. Bisa nambah lagi. Terus mengapa banyak petani hidupnya terlihat miskin? Bukan terlihat miskin lagi. Tetapi memang banyak yang miskin. Masalah fundamentalnya jadi apa? Sudah pasti ilmu lah. Masyarakat kita itu miskin ilmu. Literasi sainsnya gelap total. Sangat sedikit yang ngerti sains. Jangan dikira banyak petani kopi yang seperti ayah saya. Bahkan hanya segelintir saja yang tahu bahwa pohon kopi itu bisa menghasilkan 3 kg biji kopi setiap tahunnya. Bayangkan informasi itu saja sangat banyak yang tidak tau wkwk. Miris sih. Itulah Indonesia. Belum lagi soal penanganan pasca panen, pengemasan, branding, pemasaran. Aduh kacau balau. Selain masalah ilmu adalagi nih masalah yang sering jadi momok menakutkan bagi petani yaitu harga. Terutama paling banyak untuk komoditas sayuran. Usaha bidang pertanian itu adalah jenis usaha paling tidak pasti akibat fluktuasi harga yang ekstrim. Contoh terbaru banyak petani tomat yang rugi besar karena harga hanya 300 rupiah/kg. Atau yang fenomenal itu tanaman Vanilli yang kalo lagi mahalnya itu 5–7 juta/kg Vanilli kering tetapi bisa saja dalam 1–2 tahun harganya jatuh jadi belasan ribu saja. Kalo timingnya tepat wah bisa kaya mendadak itu petani. Gak main2, duit milyaran rupiah bisa didapat hanya dalam waktu hitungan bulan. Tetapi bayangkan juga apa yg dialami petani jika timingnya tidak tepat. Selain masalah harga persoalan lainnya adalah budaya ikut-ikutan. Saya kasih contoh real lagi nih. Bertani jamur merang beberapa tahun belakang ini sangat menjanjikan. Tapi membuat usaha jamur merang yang menguntungkan itu tidaklah mudah. Permasalahannya ya pasti ilmu (Tentu saya dan ayah saya ngerti ilmunya hehe).Tapi saya aja sekarang sudah cemas dengan kondisi pasar jamur merang hari ini akibat budaya ikut-ikutan masyarakat Indonesia. Sudah pasti suatu saat akan terjadi overproduksi dan pasar jamer akan rusak pastinya. Masalah selanjutnya adalah ketika sudah cuannya gede petani tidak punya literasi keuangan dan investasi yang cukup. Petani mana ngerti apa itu simpanan dana darurat, RDPU, obligasi, saham bluechip, IDX 30, IDX LQ45, asuransi, dll yang membentuk safety net. Atau soal finance dan accounting. Padahal setelah cuan gede hal ini yang menentukan orang itu jadi kaya atau sebaliknya. Yang terjadi adalah langsung beli Pajero atau Fortuner, umroh 3 kali, dan menggelar pesta. Masalah satu lagi adalah pemasaran. Taunya petani setelah panen ya jual ke pengepul. Sayang aja sih mereka capek-capek berkarya tapi orang lain yang jadi kaya. Seharusnya anggota keluarga lain bisa berkontribusi dalam pemasaran. Buat pemasarannya jadi oke tentu butuh teknologi. Buat dapat teknologi lagi-lagi perlu ilmu, akses, dan modal. Btw, sekarang saya lagi melirik usaha ,frozen food. ,Untuk mendukung usaha frozen food saya perlu mesin IQF ,(individual quick freezing), kapasitas 100–200 kg per jam (ini cocok buat UMKM)., ,Tetapi saya akan tekor untuk memboyong itu mesin dari Jepang atau Tiongkok. Di sini saya cari-cari belum ada itu mesin. Sialan emang. Komoditas apa yang akan saya frozen? Banyak. Mulai dari ikan gabus, belut, jamur, daging sapi kampung, pempek, atau apalah nanti kalo ketemu komoditas yang menguntungkan. Jadi kesimpulannya mau hasil panen melimpah banyak pun kalo timingnya tidak tepat, pemasarannya kacau, tidak ngerti finance dan accounting, tidak punya literasi keuangan, maka petani akan tetap miskin. Terakhir masalah paling menjengkelkan itu adalah ulah tengkulak dan mafia komoditas pertanian yang menyebabkan harga rendah di petani akibat permainan rantai distribusi yang panjang. Dan permainan impor untuk merekayasa harga. Akibatnya petani cuannya dikit dan harga di pasar cenderung ketinggian. Ranah ini agak abu-abu sih tapi efeknya itu terasa betulan. Kasian sih. Tapi kenyataan sulit diubah.