Tag

periode penularan adalah Related Articles

Rancangan Stimulus GAIKINDO Agar Penjualan Mobil Bergairah Lagi

baru.Begitu besarnya dampak virus Corona, sampai-sampai GAIKINDO melaporkan penurunan penjualan mobil pada periode

Kepincut Isuzu Panther? Intip Berapa Besar Biaya Perawatannya!

tersebut.Sedangkan pada periode 10.000 kilometer, Anda harus menyiapkan dana yang lebih besar lagi.

Mobil SUV 2020 Terbaik Pilihanmu Adalah Yang Mana?

Mobil Sport Utility Vehicle atau SUV adalah salah satu mobil yang dibuat dengan kerangka truk ringan.

Lima LMPV Terlaris Versi Gaikindo

Hasilnya sebanyak 58.962 unit dari total 243.741 unit untuk penjualan mobil kendaraan penumpang selama periode

Tips Membuka Jendela Saat Berkendara Bersama Orang Lain Pada Masa Pandemi Covid-19

virus Covid-19.Ingat, kabin yang tertutup dengan mengandalkan AC sangat rentan dalam penyebaran hingga penularan

Jangan Kaget Lihat Perbandingan Biaya Servis Toyota Rush AT VS Honda BR-V CVT, siapa yang lebih murah?

Servis 10.000 KMBiaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik Rush AT saat odometer menunjukkan 10.000 KM adalah

Ojek Online Menunggu Keputusan Kemenhub Agar Bisa Bawa Penumpang Lagi

.Bagi pihak Kemenhub, pertimbangan utama dalam memberikan izin ojek online kembali angkut penumpang adalah

Diskon Sambut Hari Kartini dan Idul Fitri, Waktunya Kita Service Mobil Mitsubishi

Periode campaign ini mulai tanggal 1 sampai 31 Mei, berlaku untuk semua model mobil penumpang.

Hindari Penyebaran Covid-19, Bayar Pajak Mobil 2021 Sebaiknya via Online

Persebaran virus Covid-19 semakin merajalela, sehingga risiko penularan juga makin tinggi.

Murahnya Biaya Perawatan Suzuki New Carry

menawarkan kemampuan angkut yang sangat baik, konsumsi bahan bakarnya yang irit dan yang terpenting adalah

View More

Pilih Isuzu Panther atau Kijang Innova Diesel? Berikut Estimasi Perawatannya Hingga 50 ribu kilometer

Namun lonjakan pengeluaran justru terdapat ketika kepemilikan memasuki periode 20.000 kilometer.Pemilik

Biaya Servis Suzuki Carry Model Baru dan Lawas Lebih Murah yang Mana?

Ternyata di periode jarak tempuh yang sama, New Carry tidak dapat gratis servis.

Biaya Perawatan Suzuki Baleno Hatchback Bikin Kantong Kempis?

Dalam memilih kendaraan, dari beberapa aspek yang harus diperhatikan adalah biaya perawatan yang harus

Catat! Ini Adalah Posisi Duduk Paling Aman Saat Terjadi Kecelakaan

Mudik Lebaran 2021 Resmi Dilarang, Ini Pengecualian yang Boleh Melintas Saat Libur Lebaran

Pandemi Covid-19 belum berakhir, dan tingkat penularan masih terus berlangsung.

Deretan Mobil Baru di Indonesia Periode Maret - April 2021, Toyota Raize dan Daihatsu Rocky Paling Fenomenal

mobil baru resmi dipasarkan di Tanah Air, maka menjelang tengah tahun volumenya tidak menyurut.Pada periode

Mulai dari Toyota Kijang Innova Sampai Alphard Direcall, Sebut Fuel Pump Bermasalah

daerahnya.Proses penggantiaan dapat dilakukan di dealer yang masih beroperasi.Namun untuk mengurangi potensi penularan

Sikap Suzuki Akan Relaksasi Pajak 0% yang Belum Terwujud

pihak.Pihak Suzuki melalui Donny Saputra mengatakan yang dapat mempengaruhi kontraksi market sejauh ini adalah

Biaya Servis Honda Civic Hatchback Tak Bisa Dikatakan Murah?

Keuntungan yang bisa langsung didapat adalah gratis biaya jasa servis.PT Honda Prospect Motor disebut

Nonton Bioskop Tanpa Turun Dari Mobil Sedang Diusahakan Terwujud

Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB pun diterapkan di Jakarta demi memutus mata rantai penularan

Ingin Selamat Dari Kecelakaan? Gunakan Sabuk Pengaman Adalah Jawaban Utama!

Banyak orang merasa panik ketika hendak mengalami kecelakaan, padahal yang paling penting dilakukan adalah

Cari yang Paling Untung dalam Biaya Servis Hilux VS Triton

double cabin.Karena golongannya sebagai mobil niaga ringan, maka salah satu concern konsumen Hilux adalah

Siapakah Adalah Mobil MPV Indonesia Terbaik 2020?

Mobil MPV adalah jenis mobil keluarga yang diminati banyak penggemar otomotif Indonesia.

Jangan Kaget, Ini Biaya Servis Confero VS Avanza

Wuling Confero adalah salah satu Low MPV pendatang baru yang kemunculannya sangat membuat heboh.

Adu Irit Biaya Servis Honda BR-V CVT dengan Toyota Rush AT

Toyota Rush.Agar perbandingan biaya servis ini seimbang maka unit Toyota New Rush sebagai pembanding adalah

New Normal, Penjualan Mobil Baru Mulai Merangkak Naik

demikian, angka kenaikan penjualan tersebut masih dinilai rendah jika dibandingkan tahun lalu pada periode

Suzuki Ignis dan Honda Brio, Mana City Car yang Biaya Perawatannya Paling Murah?

calon konsumen terhadap suatu produk, selain fitur yang melimpah tentu hal lain yang menjadi sorotan adalah

Tren Kaca Film Mahal Semakin Naik Daun Saat Pandemi, V-KOOL Hadirkan Tipe Limited Edition

V-KOOL Limited Edition adalah kaca film termahal dengan performa terbaik mempunyai penolakan panas tertinggi

Toyota Hiace Ternyata Punya Biaya Perawatan yang Murah

memilih mobil ini karena memiliki biaya perawatan yang cukup murah.Biaya Perawatan Toyota Hiace Periode

Review Pemilik: Saya penggemar Peugeout, mobil saya adalah partner saya selama 12 tahun-Peugeout 206 tahun 2004

**Artikel ini adalah pengalaman pribadi dari pemilik Peugeout 206 tahun 2004, ini tidak mencerminkan

periode penularan adalah Post Review

IMO, apapun alasannya. Menimbulkan kerumunan adalah menciptakan potensi penularan SARS-CoV-2, yang pada akhirnya memicu lonjakan kasus COVID-19. Walau sulit, saya biasanya memberi hitungan jumlah orang yang boleh masuk area dalam satu periode yang sama pada kegiatan vaksinasi. https://t.co/WNCxsORnba

Varian Omicron dilaporkan punya masa inkubasi yang lebih singkat (3 hari) dibandingkan: -Delta (4.3 hari) -Varian lain (5 hari) Masa inkubasi adalah periode antara terinfeksi virus penyebab Covid-19 dengan gejala muncul Ini bisa menyebabkan penularan makin sulit dikontrol https://t.co/eOvhsR3DYX

Jika dihitung mundur, masa inkubasi tersering adalah 6 hari, lalu pasien mengakses pemeriksaan PCR 1-2 hari kemudian, maka periode penularan tertinggi terjadi pada 16-17 Agustus 2020. Cluster #17an https://t.co/uKLx7hMFPU https://t.co/O6OTiLXQs1

#OnThisDay 1997 - Krisis finansial Asia 1997: Bursa saham Seoul turun 7,2%. Krisis keuangan Asia adalah periode krisis keuangan yang menerpa hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997 dan menimbulkan kepanikan bahkan ekonomi dunia akan runtuh akibat penularan keuangan. #HappyFamily https://t.co/ExgYigLyEJ

⚠[[ABOUT COVID-19]]⚠ Setelah paham tentang bagaimana penularan dan pencegahannya. Berikut adalah langkah untuk menanggapinya! Salam hangat dari kami Departemen Sosial Masyarakat KMTG Periode 2019/2020 Kabinet Bintang Utara #selarasmengarungiasa https://t.co/Bl0K2iOKQJ

Masa inkubasi antara penularan sampai penunjukan gejalah adalah sekitar 14 hari menurut WHO. namun sejumlah peneliti mengatakan jika periode ini dapat memakan waktu 24 hari.

5. Melakukan hubungan intim tanpa perlindungan🔞❌ Karena dar*h adalah media yang baik bagi virus dan bakteri yang masuk, oleh karna itu penularan penyakit HIV bisa lebih tinggi selama periode menstruasi. •Sharing is caring guys thankyou✨

A lockdown is an emergency protocol that usually prevents people or information from leaving an area Karantina adalah sistem yang mencegah perpindahan orang dan barang selama periode waktu tertentu untuk mencegah penularan penyakit. #saruaanjing !! bedah bahasa doank

Periode kedua adalah periode April 2021 – Maret 2022 dengan jumlah penerima vaksin adalah 63,90 juta masyarakat dengan risiko penularan tinggi yang dikategorikan menurut kategori tempat tinggal atau kelas ekonomi dan sosial. diikuti, sebanyak 77,4 juta masyarakat umum.

Sejak 1940 >330 penyakit menular yg baru terdeteksi dan 60% adalah melalui penularan zoonotic (loncat dari binatang ke manusia) dan urbanisasi menfasilitasi penularan. Kita telah memasuki period dimana pandemi lebih mudah muncul dan menyebar.

periode penularan adalah Q&A Review

Mengapa banyak masyarakat yang mengatakan presiden Jokowi tidak memiliki kemampuan untuk memimpin Indonesia?

Benarkah banyak masyarakat yang mengatakan presiden Jokowi tidak memiliki kemampuan untuk memimpin Indonesia? Berapa persen? Siapa saja mereka? Jika ada data dan/atau angka-angka yang 'eksak' mengenai hal tersebut, barulah layak diajukan pertanyaan "Mengapa?" Jika ,existing facts, yang dijadikan acuan, saya kok tidak yakin 'banyak' masyarakat yang berkata bahwa Jokowi tidak mampu memimpin Indonesia. Jokowi sudah terbukti 'lolos' dari 5 tahun pertama periode kepresidenannya, dan kenyataannya beliau kembali dipilih untuk periode kedua. Lima tahun bukanlah waktu singkat untuk dijadikan dasar masyarakat menilai kemampuan seorang Presiden. Jika masyarakat memang menganggap Jokowi tidak mampu memimpin pastilah dia tidak akan dicalonkan oleh partai pengusungnya yang ,notabene ,adalah kumpulan orang-orang pandai negeri ini. Mereka, para elit negeri itulah yang paling pantas menilai kemampuan seseorang, terlebih untuk jabatan tertinggi di republik ini. Kalaulah ada masyarakat awam, sekelas saya, yang ikut berkata bahwa Jokowi tidak mampu memimpin, itu tidak lebih karena saya latah mengikuti kata-kata dan pendapat para cerdik-pandai itu. Jadi, ketika hasil pemilu telah secara sah menyatakan Jokowi menang pemilu itu artinya Jokowi dianggap mampu memimpin negeri oleh mayoritas (>50%+1) masyarakat . Mungkin, yang dijadikan rujukan pertanyaan yang diajukan PJ adalah pernyataan-pernyataan dari tokoh-tokoh 'oposisi', antara lain para tokoh yang tergabung dalam KAMI, misalnya. Jika itu yang dimaksud maka, mohon maaf, menurut saya penilaian ketidak-mampuan Jokowi dalam memimpin Indonesia itu tidak bisa dianggap mewakili mayoritas masyarakat. Itu hanya retorika politik yang terlalu text book. Di mana-mana, di kolong langit ini, yang nama oposan, orang yang tidak suka, orang yang kecewa dan sakit hati terhadap pemerintahan (pejabat/pemimpin pemerintahan) pastilah akan selalu berkomentar 'miring'. Apa pun yang dilakukan presiden pasti tidak akan mendapat apresiasi oleh lawan politiknya. Jangankan presiden berbuat keliru, berbuat benar pun pasti akan dinilai kurang. Dalam situasi bangsa yang sedang sulit seperti sekarang ini, tidaklah pas kita sebagai masyarakat justru mencari kambing hitam terhadap persoalan, terlebih hanya ditujukan kepada presiden. Semua bangsa di dunia saat ini sedang dalam keprihatinan yang sama dengan kita. Penularan Covid-19 masih terjadi diikuti dengan merosotnya ekonomi bukan hanya kita yang mengalami, tetapi seluruh dunia. Jadi jika ada yang berkata bahwa Jokowi tidak memiliki kemampuan mempimpin bangsa, maka silakan jawab pertanyaan ini. Diantara tujuh presiden RI mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Soesilo B Yudhoyono, hingga Joko Widodo, siapa yang pantas disebut mampu memimpin Indonesia? Apa buktinya? Atau, apakah orang-orang yang sekarang ini gencar mengkritik Jokowi dan mengatakan Jokowi tidak mampu memimpin Indonesia itu akan lebih mampu jadi Presiden RI? Maaf saja, saya kira, kemampuan orang-orang yang suka mengkritik dan merendahkan presiden Jokowi itu belum tentu sebesar 'mulutnya'. BL, 13 September 2020

Apa sajakah upaya Korea Selatan sehingga sukses menghadapi pandemi virus Korona?

Sebagai orang yang tinggal di Korea Selatan dan merasakan langsung pandemi ini, saya sangat salut dengan ketransparan Pemerintah Korea dalam mengatasi wabah COVID19. Meskipun saat ini kasus COVID19 sudah mencapai 10.000 orang, tetapi warga disini tidak panik, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran di media. Saya akan menjelaskan timeline, , wabah COVID19 di Korea Selatan. Bulan Januari - 16 Februari, : Kasus Corona mulai masuk ke Korea Selatan. Dalam periode ini, ada 30 kasus baru tapi hampir semuanya berasal dari luar negeri. Warga mulai panik, dan pemerintah mengimbau semua orang untuk memakai masker KF94/N95 di luar ruangan setiap hari. Namun, belum ada kelangkaan masker, karena warga disini sudah terbiasa menggunakan masker KF94/N95 setiap kualitas udara jelek(+70 AQi), yang terjadi 1~2 kali dalam seminggu. Biasanya mereka sudah punya stok di rumah. (Orang Korea sudah terbiasa memakai masker n95/KF94 jika udara sedang jelek.) Langkah pemerintah: dalam periode ini adalah ,merilis semua data tempat yang dikunjungi para pasien secara lengkap ,dengan jamnya selama 14 hari sebelum dinyatakan positif. Namun apakah warga akan membaca posting pemerintah yang isinya hanya tulisan membosankan? Pastinya tidak. Untungnya negara ini negara IT, warganya pun turut berkonstribusi untuk memudahkan warga lain mengakses data tersebut dengan dibuatnya applikasi/website. Contohnya adalah ,Corona Map,, yang berisi rute setiap pasien, lengkap dengan jam kunjungannya. Jadi warga tahu, daerah mana yang aman dan tidak. Selain itu ada juga ,Corona Nearby,, ,Mask Nearby, yang ternyata developernya adalah anak SMA dan kuliah. (Biaya servernya dibantu oleh warga/perusahaan melalui donasi). Oh iya, penghasilan web/applikasi ini semua nol, karena mereka semua tidak ingin mencari kesempatan di dalam kesempitan. Pure donasi talent. Hebat! 18 Februari - 29 Februari:, Kenaikan drastis yang dikarenakan pasien 31 dan gereja sesat Shincheonji di Daegu. Mengakibatkan kenaikan pasien hingga 800 orang per hari. Masker sudah sangat langka, beberapa perusahaan melakukan ,Work from Home. ,Negara lain mulai memblokir akses dengan Korea Selatan. Masyarakat sangat panik karena merasa Korea dikucilkan dengan negara lain. Bahkan jumlah pasien COVID19 pada periode ini masuk peringkat dua terbanyak setelah China. Meskipun panik, warga tidak melakukan panic buying, karena kami tahu stok tidak akan berkurang, justru bertambah karena pabrik makanan akan semangat produksi makanan. Yang langka hanya masker. Bahkan harga hand sanitizer saja masih normal menurut saya (3,5 USD untuk 500ml). Lalu apa yang dilakukan pemerintah? Tes massal (PCR Test) COVID19(termasuk ,drive thru, phone box system,). ,Tes ini bukan seperti rapid test di Indonesia yang akurasinya hanya 50–70%, yang perlu untuk tes tambahan seperti swap test. Kitnya sudah disiapkan dari awal COVID19 menyerang Korea, awalnya diproduksi massal untuk di ekspor(Karena Korea adalah negara yang tidak bisa hidup tanpa ekspor). Sehari bisa mengetes hingga 10 ribu orang. Karantina khusus., Semua orang yang berinteraksi dengan pasien(period 14 hari) di fasilitasi karantina oleh pemerintah daerah. 1 kamar untuk 1 orang, lengkap dengan makan 3 kali sehari, snack, dan berbagai kebutuhan lainnya. Bisa dilihat vlogny ,disini,. Karena tidak semua orang memakai ,smart phone,, pemerintah ,mengirimkan semua informasi penting(rute/lokasi pasien untuk dihindari) lewat ,Emergency Alert., Ini bukan sistem seperti SMS, tetapi notifikasi di telepon genggam yang dikirim berdasarkan Gps. Pesan ini mau tidak mau harus kita baca. Kalau tidak, akan terus menerus berbunyi sirine/bergetar. Tapi kadang saya sangat kesal dengan ,Emergency Alert, ini karena berbunyi terlalu sering(informasi dari rute perjalanan, apakah tempat yg dikunjungi sudah di semprot, apakah keluarga pasien sudah di swap, kapan pasien dipindahkan ke ruang serius di rumah sakit, semuanya di ,publish, secara ,real-time,), apalagi kalau sedang mendengar lagu pakai earphone, tiba-tiba ada suara sirine yang sangat bising. Tapi kadang lucu juga kalau lagi di dalam ruangan. Semua telepon genggam akan berdiri dalam waktu bersamaan, berasa seperti lagi ada bencana serius. :) Menunda masuk kuliah, sekolah, hingga waktu yang tidak ditentukan. Masih ,belum ada pemblokiran negara,, termasuk China. Tempat umum masih belum ditutup. Di bulan ini, saya masih nonton bola live(demi nonton Iniesta haha), stadium penuh full. Tetap mewajibkan warganya untuk memakai masker N95,(Disaat negara lain mengkoar-koar ngapain pakai masker jika Anda sehat? Masker hanya untuk orang sakit, dsb). Memblokir penjualan masker dengan harga tidak wajar. Dan mengambil alih produksi semua pabrik masker di Korea. Menyiapkan program untuk pembelian masker, yang sedang langka. Maret,: Di periode ini masker sudah langka. Penyebaran COVID19 sudah masuk level nasional, bukan hanya kota Daegu. Penularan pun sudah berlangsung melalui warga lokal, bukan dari luar negeri lagi. Yang dilakukan pemerintah: Kebijakan, 5-day rotation system, for mask distribution,(Ini inti dari keberhasilan Korea melawan COVID19!!!). Jadi 1 orang hanya bisa membeli maksimal 2 masker per minggu di hari yang sudah ditentukan. (Pastinya dengan harga yang sama di mana pun, beli di pulau pun harga akan tetap sama seperti harga di Kota Seoul.) Caranya? Dilihat dari angka akhir tanggal lahir! Misalnya saya lahir kelahiran 1995, berarti saya hanya bisa membeli masker di hari Jumat, dan pasti kebagian. Untuk orang yang tidak sempat membeli saat ,weekday ,dapat membeli di hari Sabtu dan Minggu. Dan kerennya, Korea membuat sistem integrasi untuk pembelian masker ini, jadi jika saya sudah beli di hari Jumat, hari Minggunya saya tidak bisa beli lagi di apotek manapun. Sebelum kita membayar, nomor KTP kita akan di scan, dan datanya akan dikirim ke seluruh apotek di Korea. Keren! Tidak hanya itu, untuk memudahkan warga, ada aplikasi untuk mengetahui stok masker secara ,real-time,, ,Mask Nearby,. (Website untuk mengetahui jumlah stok masker di setiap apotek/pos) (Beli masker wajib bawa KTP. Sumber: Foto pribadi) Memberi gaji untuk warganya yang berpenghasilan rendah,. Padahal aktivitas kerja termasuk normal loh, gaji tetap jalan. Menutup taman/jalan ,cherry blossom, karena pasti akan ramai. Menutup gym, tempat umum,, dll. Mewajibkan 14 hari self quarantine ,untuk semua orang yang tiba di Korea. Membuat aplikasi untuk orang-orang tsb agar dapat dipantau melalui gps. April,: COVID19 sudah sangat mereda di Korea. Sekarang kasusnya kurang dari 50 orang per hari. Itupun kasusnya hampir semuanya datang dari orang asing yang datang ke Korea melalui Incheon Airport, dan langsung diisolasi di tempat. (Kalau kata orang-orang lokal disini, banyak penyusup yang sengaja datang ke Korea, karena pengobatan COVID19 gratis 100% dan fasilitas memadai). Hampir bisa dibilang COVID19 sudah berakhir di Korea. Tingkat recovery sudah hampir mencapai 70%, dan naik 3~4% setiap harinya. Pemerintah melakukan: Social Distancing: ,Aktivitas tetap berjalan seperti biasa, tapi masker masih wajib digunakan. Jarak antara orang lain dibatasi 2 meter. Bahkan di periode ini banyak yang piknik(termasuk saya), asal bermasker dan jaga jarak 2 meter. Hukuman bagi orang yang datang dari luar negeri, yang tidak menaati aturan self quarantine. ,(Hari ini saya nonton berita ada orang Indonesia keluar dari rumahnya selama 6 menit karena bosan, lalu ketauan dari cctv dan langsung didenda 130 juta Rupiah, serta ancaman deportasi.) Jadi inti dari langkah Pemerintah Korea adalah ,transparan, sigap, dan terencana. ,Inilah alasan kenapa tingkat kematian COVID19 sangat rendah. Percayakah kalian, Korea Selatan melakukan ini semua tanpa lockdown? Bahkan Daegu yang notabenenya Wuhannya Korea pun tidak di lockdown. Jangankan lockdown, blokir negara pun tidak dilakukan(termasuk China). Aktivitas berjalan normal, tidak sedikit teman-teman saya yang tetap ke kantor selama 2 bulan di puncak parahnya COVID19, pastinya dengan menggunakan masker N95. Banyak kantor yang melakukan WFH hanya untuk sebatas jaga image agar saham tetap stabil.(Kantor saya melakukan WFH 3 minggu sekali, hampir tidak bisa dibilang WFH padahal). (Dua bulan lalu, Korea masih di peringkat nomor 2 setelah China. Sumber: ig pribadi) Dan untuk warganya, mereka ,percaya pemerintah, taat, serta rajin pakai masker., Itu kuncinya. Disaat negara lain baru mewajibkan pemakaian masker, kita sudah melakukan ini dari bulan Januari. ,Dengan memakai masker, warga tidak hanya diam di rumah, tetapi tetap melakukan aktivitas seperti biasa(pastinya dengan melakukan Social Distancing), jadi ekonomi tetap berjalan(meskipun pasti tidak 100% normal),. Jujur waktu bulan Februari, semua kerabat serta keluarga saya di Indonesia menyuruh saya untuk pulang, mereka sangat cemas. Bahkan saya disuruh resign dari kantor demi pulang ke Indonesia lol. Tapi saya sebagai warga disini percaya ini semua sedang dikendali dengan baik, jadi saya tetap bertahan disini. Sekarang malah kebalikannya, semua orang akhirnya mengerti kenapa saya tidak pulang ke Indonesia pada saat itu. (Jumlah kematian di Indonesia sudah melebihi Korea Selatan, padahal jumlah kasus di Korea 10 ribu, Indonesia hanya 2 ribu)., Semoga COVID19 cepat berakhir di seluruh dunia. Jaga kesehatan dan kebersihan. Jangan lupa social distancing :)

Apakah aneh bahwa kasus COVID-19 di indonesia menurun drastis sedangkan di negara yang jelas selalu mentaati protokol seperti Australia pasien tetap meningkat?

Jangan minder dulu. Ternyata penduduk Indonesia masih dianggap cukup taat Prokes, lho. Menurut Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia faktor turunnya kasus harian di Indonesia adalah: Kekebalan sementara. Karena sudah banyak penduduk Indonesia yang terpapar COVID-19, termasuk pada "gelombang ke-dua" bulan Mei-Juli kemarin, jumlah penduduk Indonesia yang punya kekebalan terhadap COVID-19 meningkat. Tapi perlu diingat, kekebalan ini umurnya cuma sampai 3 bulan, sehingga harus segera divaksin sesudahnya. Yang divaksin sudah semakin banyak. Kebijakan PPKM Darurat dan PPKM bertingkat sesudahnya dianggap bisa menjaga tren penurunan kasus. Kepatuhan masyarakat. PPKM tentunya tidak akan berdampak kalau tidak diikuti masyarakatnya. Tapi saya ingatkan kalau: WABAH BELUM SELESAI. Apalagi sekarang ada varian baru (Varian Omicron) yang langsung dianggap ,variant of concern, oleh WHO lantaran 500% lebih menular dibandingkan SARS-COV-2 dari Wuhan kemarin. Belum lagi, varian ini bisa menular pada mereka yang sudah pernah kena COVID-19. Selain itu, ada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang dikhawatirkan meningkatkan mobilitas masyarakat, sehingga meningkatkan penularan. Untuk itu, pemerintah akan menerapkan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia di masa libur Nataru. Semoga saja bisa diikuti dengan baik, sehingga tidak ada lonjakan kasus pasca periode Nataru. Selanjutnya, ya vaksin masih harus tetap dijalankan. Saat ini, 94 juta penduduk Indonesia (34.5 persen) sudah menerima 2 dosis vaksin. Kurang 35.5% dari target untuk herd immunity. This too shall come to pass,, tapi sebelum itu, jangan kasih kendor. Update: PPKM Level 3 di periode Nataru dibatalkan. Payah. Astu kawicaksanan kang amijaya.

Apa tindakan yang harus segera kita lakukan jika kita tidak sengaja tertusuk jarum bekas pasien?

Bagaimana jika secara tidak sengaja kita tertusuk jarum medis bekas pasien? Di bawah ini adalah protokol yang cukup umum digunakan di RS atau instansi medis lainnya. 1.Keluarkan darah dari area yang tertusuk jarum., Lakukan dengan cara membiarkan area luka yang berdarah di bawah air mengalir selama beberapa menit. Dengan demikian, agen penyakit yang berpotensi membuat luka infeksi dapat dikeluarkan dari luka dan tercuci, sehingga kecil kemungkinan infeksinya bisa masuk ke dalam aliran darah. Virus yang telah masuk ke dalam aliran darah akan berkembang biak; jadi hal pertama yang terbaik untuk dilakukan adalah mencegah sel-sel virus masuk ke dalam darah. 2. Keringkan dan tutup luka., Gunakan material yang steril untuk mengeringkan luka dan segera balut luka dengan plester anti air atau kain kasa. 3. Segera minta bantuan medis., Anda perlu menjelaskan keadaan luka Anda serta mendiskusikan kemungkinan tertular penyakit. Darah Anda akan diperiksa untuk menentukan apakah Anda memerlukan perawatan lebih lanjut. Dalam kasus penularan penyakit oleh patogen yang telah terdeteksi, pertolongan akan segera diberikan. Pertolongan dapat diberikan melalui pemberian antibiotik dan vaksin. Mungkin Anda memerlukan injeksi tetanus, tergantung dari riwayat medis Anda. 4,. ,Pastikan apakah ada kemungkinan terjadinya penularan HIV., Beberapa langkah harus segera diambil untuk mencegah terjadinya serokonversi (pembentukan antibodi tubuh yang terjadi akibat adanya infeksi atau patogen pada tubuh). Peneliti telah membuktikan bahwa serokonversi HIV yang disebabkan oleh luka tusuk jarum berkisar sekitar 0,03%. Persentase terjadinya sangat rendah, jadi Anda tidak perlu panik. Status HIV dari pekerja medis yang terkena luka tusuk jarum serta orang yang darahnya ditransfer akan dicek. Rumah sakit dan fasilitas medis lainnya menyediakan serangkaian tes yang dapat segera dilakukan untuk mengkonfirmasi status HIV. Jika ada kemungkinan terjadinya penularan, pengobatan profilaksis (dikenal dengan ,post-exposure prophylaxis,, PEP, atau profilaksis pasca pajanan) harus diberikan, lebih baik dalam waktu sejam setelah luka. Obat antiretroviral dapat mengurangi kemungkinan terjadinya transmisi jika diberikan segera setelah infeksi diduga terjadi. Semua klinik dan rumah sakit memiliki protokol yang telah ditetapkan untuk melakukan tindakan cepat dalam menangani luka tusuk oleh jarum. 5,. ,Lakukan tes serta pengawasan medis selama masa penyembuhan., Hal ini penting sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan sebelumnya. Selama ,window period,, yaitu periode seseorang yang hasil tesnya negatif walaupun ia telah terpapar virus (sesungguhnya virus tengah berkembang biak), tes harus tetap dilakukan pada interval yang telah ditentukan. Tes ulangan untuk melihat kemungkinan terjadinya penularan HIV biasanya dilakukan setelah waktu enam minggu, lalu pada waktu tiga, enam, dan dua belas bulan untuk melihat kemungkinan pembentukan antibodi HIV. Tes ulangan untuk melihat antibodi HCV (antibodi yang merespons virus hepatitis c) biasanya dilakukan enam minggu setelah insiden terjadi, dan kembali dilakukan setelah empat sampai enam bulan.

Apa yang dirasakan oleh orang yang terinfeksi COVID-19 namun tidak menunjukkan gejala (OTG)? Jika tidak ada gejala apakah artinya mereka tidak merasakan sakit dan keluhan seperti pasien COVID-19 lainnya?

Benar sekali. Pelacakan secara epidemiologi terkait COVID-19 dilakukan dengan cara mengikuti perjalanan pasien itu. Disini pasien yang terpapar COVID-19 akan dilakukan pelacakan sebelumnya terkait siapa saja yang epernah berkontak dengannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui jalur penyebaran infeksi, pengobatan pada orang yang tertular, dan pembuatan kebijakan (seperti Lockdown). Orang yang terinfeksi COVID-19 berdasarkan hasil tracking menunjukkan bahwa dia pernah kemasukkan sebuah virus dari pasien COVID-19 melalui bersin, batuk, ataupun bicara. Orang yang kemasukkan sebuah virus belum tentu pasti mendapatkan penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Tubuh memiliki sistem pertahanan baik itu lini pertama maupun lini kedua untuk mencegah kekalahan tubuh dalam melawan infeksi. Sehingga selanjutnya dikenal adanya masa inkubasi / incubation period. Pada periode ini, virus akan melawan tubuh. Apabila tubuh kalah, maka tubuh akan menunjukkan beberapa gejala sakit. Untuk kasus COVID-19, masa inkubasinya adalah sekitar 14 hari. Yang dirasakan? Tentu biasa saja. Seperti orang normal pada umumnya. Hanya saja dalam tubuhnya, dia sudah memiliki Coronavirus dan bisa juga menularkan pada orang lain. Dia akan berada dalam keadaan yang biasa saja, dan beraktivitas seperti pada umumnya. Inilah yang berbahaya dari OTG. Dimana dia tampak sehat - sehat saja, tapi dia memiliki "Truf Card". Achmad Nurdiansyah, 2020 Everything will come to an end

Mengapa hanya virus seperti corona saja yang ada varian barunya, sedangkan HIV tidak ada varian baru ataupun bermutasi, padahal HIV juga sudah ada sejak lama?

Sebelum Anda bertanya hal tersebut, apakah Anda sudah tahu bahwa HIV terdapat dua jenis yaitu HIV-1 dan HIV-2 ? Yang menjadi pembeda adalah susunan genom. Walaupun perbedaan susunannya sedikit, tetapi mempunyai peranan pada patogenesisnya. Dibandingkan dengan HIV-1, HIV-2 memiliki ,viral load ,yang lebih rendah sehingga mengurangi transmisibilitas (penularan), periode asimtomatik yang lebih lama, serta tingkat mutasi yang lebih rendah. That's why ,tipe HIV yang sering ditemukan adalah HIV-1.

Mengapa orang Indonesia mendambakan punya kulit putih dan takut jika kulit hitam?

semoga ini bisa menjadi jawaban pembantu ya karena tidak selamanya kulit putih itu bagus Coba deh kalian perhatikan orang-orang di Asia Timur, contohnya: Jepang, Korea atau Tiongkok. Mayoritas penduduk disana memiliki warna kulit yang putih, malah sebagian ada yang warna kulitnya putih banget, cenderung pucat kayak putih susu. Terutama wanita, para wanita disana seperti berlomba-lomba untuk mencapai warna kulit yang putih. Ada yang terobsesi melakukan rutinitas perawatan agar kulitnya putih, sampai ada yang melakukan injeksi untuk mengurangi melanin kulit. Tapi apa sih sebenarnya yang membuat mereka sangat mendambakan warna kulit putih? Apakah ini ada pengaruh dari orang-orang barat? Apa mereka ingin kulit putih mulus seperti wanita-wanita Eropa? Memang negara-negara Eropa dikenal telah banyak memberi pengaruh ke seluruh belahan dunia, termasuk untuk standar kecantikan. Tapi standar kecantikan wanita-wanita di Asia Timur bukan pengaruh dari standar kecantikan Eropa. Di Tiongkok, Jepang dan Korea misalnya, pada zaman dahulu kulit 'gelap' sering dikaitkan dengan pekerja lapangan kelas bawah, sementara kulit putih menandakan prestise sosial. Di Tiongkok, kulit putih telah digandrungi oleh wanita-wanita disana sejak zaman Dinasti Han (206 SM - 220 AD). Orang-orang disana saat itu menganggap bahwa warna kulit seseorang mencerminkan status sosial mereka. Jika kulitnya putih terawat berarti dia dari keluarga terhormat, sementara jika memiliki kulit gelap berarti menunjukkan kelas pekerja kasar yang bekerja di ladang. Sementara di Jepang, jauh sebelum menerima budaya Eropa, orang-orang Jepang menganggap kulit putih itu adalah "keindahan," sementara kulit yang lebih gelap menurut mereka tidak menarik. Selama periode Nara (710 - 794) hingga periode Heian (794 - 1185), produk kosmetik untuk pemutih kulit berkaitan erat dengan kaum bangsawan. Wanita negeri sakura sering menggunakan bubuk putih dalam jumlah banyak, yang disebut oshiroi, untuk wajah mereka yang juga digunakan oleh artis kabuki dan geisha. Lalu selama periode Edo (1603 - 1868) standar kecantikan itu sedikit berubah, wanita-wanita Jepang mulai menginginkan warna kulit putih yang terlihat lebih alami. Hampir sama dengan Korea. Preferensi untuk kulit putih mulus ini sudah ada sejak zaman Gojoseon (2333 SM - 108 AD), dinasti pertama dalam sejarah Korea. Saat itu orang-orang yang memiliki kulit putih mulus dirasa lebih mulia. Orang Korea sejak dulu sudah mencari metode pencerah kulit. Wanita-wanita disana saat itu menggunakan ampas madu atau lotion miansoo pada kulit mereka, serta mencuci muka dengan air bunga persik untuk mencapai kulit putih transparan. Di masa kini kulit putih memang tidak lagi mengindikasikan status sosial tertentu, namun budaya orang Asia Timur yang menginginkan kulit putih terus ada sampai sekarang (walaupun ada juga yang ingin warna kulit lebih tan). Terlepas dari itu, orang Asia Timur pada dasarnya memiliki warna kulit putih. Tapi putihnya tidak seperti putih kulit orang Eropa, orang Asia Timur kulit putihnya agak pucat cenderung kekuningan. Dan, karena kulit putih yang agak kekuningan ini, kulit orang Asia Timur lebih gampang kecoklatan jika terpapar terik sinar matahari langsung, makanya mereka sangat menjaga sekali kulitnya. Obsesi orang Asia Timur yang menginginkan kulit putih berasal dari budaya dan selera mereka sendiri. Bahkan itu juga tertular ke negara lain di Asia contohnya Indonesia, lihat saja beberapa masyarakat kita yang "takut item" dan pengen kulitnya putih kayak seleb-seleb Korea. https://www.kaskus.co.id/thread/5d22ed12f4d69539b23c2f0e/kenapa-orang-asia-timur-mendambakan-warna-kulit-putih/

Jika kemungkinan sembuh dari virus Corona adalah 97%, mengapa dunia begitu panik?

Sudah ada banyak jawaban bagus sebenarnya, tetapi saya akan mencoba menjawab berdasarkan apa yang saya pahami. spoiler : ujung-ujungnya kejatuhan ekonomi Sebelumnya, mungkin pertanyaannya harus saya kritisi terlebih dahulu. Pertanyaan yang lebih tepat adalah ',…..kemungkinan sembuh dari ,COVID-19 ,adalah 97%….,'. Mengapa saya mengganti kata virus corona dengan COVID-19? Karena, virus corona (lebih tepatnya, ,coronaviridae,) adalah segerombolan keluarga besar virus yang menyerang sistem pernafasan pada makhluk ,endothermic ,(makhluk berdarah panas), yang meliputi ,mammalia ,dan ,aves ,(unggas). Virus penyebab SARS (tahun 2002) dan MERS (tahun 2012) memiliki ,fatality rate ,berturut-turut 10% dan 30%. Mereka (virus SARS & MERS) juga merupakan ,anggota virus corona,, dan seperti anda bisa lihat, ,fatality rate,-nya di atas 3%. Sebelum kasus SARS, virus corona hanyalah virus biasa penyebab flu, batuk, dan demam biasa saja, sebagaimana flu biasa (yang disebabkan ,influenzavirus,) yang lazim saat itu ; sehingga virus corona bukanlah virus yang menakutkan….. sampai pada tahun 2002, tahun di mana wabah SARS pertama muncul. di textbook usang saya (terbitan 1990an), dituliskan bahwa virus corona berkontribusi pada 15% kasus flu biasa… sudah itu saja, tak banyak informasi tentangnya…. Bicara tentang tingkat kematian atau ,fatality rate,, HIV / AIDS memiliki tingkat kematian sekitar 97%, jauh di atas virus COVID-19. Sisa 3% lainnya sepertinya kebal HIV karena memiliki protein CCR5 yang termutasi. Dengan teknologi farmasi yang berkembang sangat pesat, penyakit AIDS saat ini memiliki tingkat kematian sekitar 85% atau bahkan kurang. Dengan adanya obat ARV mampu memperpanjang usia penderita hingga 30 tahun bahkan lebih, maka pasien AIDS [nanti] meninggalnya karena usia tua dan kepeleset di kamar mandi, atau kesetrum, ketabrak truk, tertembak peluru nyasar, dirampok, tertimpa pot bunga, diterkam gorila, dll. Intinya, usia harapan hidupnya diperpanjang, sehingga meninggalnya sudah bukan karena penyakit AIDS lagi melainkan karena sebab lainnya. Lantas, apa yang membuat suatu penyakit itu begitu ,ditakuti oleh suatu negara,? Ada ,4 faktor utama ,(plus beberapa faktor lainnya) yang menjadi penyebab mengapa COVID-19 ini menjadi cukup ditakuti. (1.) masa inkubasi Penyakit seperti AIDS walau tingkat kematiannya tinggi, tetapi membutuhkan waktu lama (tahunan) bagi virusnya dari sejak mulai masuk hingga gejalanya mulai terlihat. Penyakit seperti ebola, diare, dan COVID-19 memiliki waktu inkubasi sekitar 3 - 8 hari, suatu periode yang cukup pendek. Lalu, mengapa diare dan ebola tidak 'semenakutkan' COVID-19 walaupun periode inkubasinya mirip? Mari kita lanjut ke bagian kedua. (2.) metode transmisi Kita tidak bicara kendaraan, jadi lupakanlah masalah transmisi manual atau otomatis. Transmisi di sini adalah metode / mode penularan penyakit. Di beberapa literatur, ada beberapa perbedaan pendapat mengenai jalur transmisi untuk penyakit menular ; tetapi saya akan coba tuliskan penggolongannya berdasarkan apa yang saya pahami. penularan melalui kontak langsung, yaitu melalui kontak dengan jaringan / cairan dari penderita yang terinfeksi ; bisa juga melalui ciuman atau hubungan seksual jalur oral, yaitu seseorang bisa tertular jika kumannya tertelan baik melalui makanan atau minuman, misalnya pada diare fomite transmission,, yaitu kuman yang menempel pada benda mati, misalnya meja, kursi, pakaian, kendaraan, uang, gagang pintu di tempat umum, tombol ,lift,, dll. lalu saat benda tersebut tersentuh, maka kuman dapat menemukan 'jalan masuk' ke tubuh zoonotic transmission, atau CST (,cross-species transmission,), yaitu suatu penyakit yang bisa menginfeksi beberapa spesies makhluk hidup sehingga seseorang bisa tertular penyakit dari hewan yang sakit, contohnya adalah rabies ditularkan melalui vektor, yaitu suatu hewan perantara yang dapat menularkan suatu penyakit tetapi hewan itu sendiri tidak ikut sakit, contoh klasiknya adalah malaria dan demam berdarah yang ditularkan melalui nyamuk penularan melalui ,droplet ,dan ,aerosol,, yaitu suatu partikel cairan yang keluar dari mulut dan mengandung kuman penyakit, misalnya ketika seseorang bicara liurnya muncrat-muncrat atau ketika seseorang yang sakit bersin ; adapun perbedaan antara ,droplet ,dan ,aerosol ,adalah ukurannya, walaupun bagi saya yang lebih penting adalah 'jarak tempuhnya', di mana ,droplet ,itu sekitar 60an senti sedangkan ,aerosol, sekitar jarak terjauhnya adalah 2 meter (dapat mencapai 5 meter jika dalam kasus diterbangkan oleh angin) airborne transmission, : banyak yang menganggap bahwa ,airborne ,dan ,aerosol ,adalah sama, walaupun saya berpendapat lain. pada ,kasus airborne, ,transmission,, terjadi kesetimbangan gaya pada partikel, sehingga partikel kuman dapat disebarkan secara difusi (sebagaimana anda dapat mencium aroma sate waktu malam, padahal penjualnya masih jauh) karena efek gerak Brown Metode transmisi di atas diurutkan dari yang paling kurang horor sampai ke yang paling menakutkan (OK, ini ,debatable,). Sialnya, COVID-19 (atau, semua virus corona secara umum) dapat ditularkan melalui hampir semua jalur transmisi di atas. Dan, jalur ,airborne ,ini yang paling berbahaya, karena ,secara teori ,partikel virus dapat 'diterbangkan' pada jarak tak terhingga, baik melalui mekanisme difusi (tanpa adanya angin) maupun konveksi (dengan bantuan angin). Jika terbawa angin, partikel virus yang terbawa angin dengan kecepatan 20 km/jam selama setengah jam akan berpindah sejauh 10 km, cukup untuk menjangkau kecamatan tetangga. Walau secara konsentrasi, partikel yang telah diterbangkan sejauh 10 km tentu konsentrasinya (,viral loads,) akan rendah sekali, masalah akan menjadi lain jika sumber infeksi telah ada di banyak tempat. Walaupun faktanya, karena virus hanya bisa bertahan pada waktu terbatas di luar tubuh manusia, juga beberapa faktor seperti sinar matahari dapat memperpendek umur virus, maka pada tengah hari yang terik virus hanya akan mampu bertahan selama 20an menit, tetapi di malam hari atau di dalam ruangan dapat bertahan selama 60 jam. Bayangkanlah jika anda makan di dalam suatu restoran ber-AC, maka kuman dari seorang penderita COVID-19 akan 'tertinggal dan berputar-putar' di dalam ruangan tertutup ber-AC tersebut selama hampir 3 hari. Virus ini dapat masuk ke tubuh anda [dan banyak pengunjung lainnya] ketika anda makan. Untuk kasus ebola, karena ditularkan melalui ,aerosol,, maka secara transmisi tidak separah kasus COVID-19 walau masa inkubasinya juga pendek dan ,lethal rate,-nya tinggi. Penularan melalui ,zoonotic transmission, atau CST juga tak kalah menakutkannya. Virus COVID-19 ketika muncul 'diberi nama' HCoV-SARS2 (di mana H ini singkatan dari ,Human ,atau manusia). Belakangan, para ahli menemukan bahwa virus COVID-19 mampu menginfeksi kucing, anjing, harimau, singa, leopard, cheetah, sapi, kera, rusa, kangguru, dlsb. sehingga nama virusnya diubah menjadi SARS-CoV2 (huruf H-nya dihilangkan, yang artinya tak hanya manusia yang bisa terjangkit). Bahkan Denmark sebegitu paranoidnya sehingga berencana untuk membantai ratusan ribu cerpelai, baik itu yang tua muda anak-anak hingga yang buta dan cacat sekalipun. Sudah CST, ,airborne ,pulak….. ya takut lah… bukan ratusan ribu, tetapi belasan juta nyawa telah melayang…. Dengan melihat faktor kedua ini, maka terlihat bahwa AIDS yang ,lethal rate,-nya tinggi tidak semenakutkan COVID-19 dari konteks epidemiologi. Begitu juga rabies yang ,lethal rate,-nya di atas 95%, karena untuk terjangkit rabies, seseorang harus digigit anjing, kucing, babon, atau orang lain yang juga menderita rabies terlebih dahulu. Bahkan ebola yang menular sekalipun (melalui ,aerosol,), ternyata tidak semenular COVID-19 yang bersifat ,airborne,. Adapun bagi saya yang lebih fokus ke Matematika dkk., faktor macam-macam transmisi ini akan 'dirangkum' sedemikian rupa, sehingga implikasinya adalah ke 'pertumbuhan jumlah penderita'. Bagi yang masih ingat masa-masa SMA belajar tentang deret aritmatika dan deret geometri, pada deret geometri jika nilai faktor rasio R > 1 maka grafik akan monoton naik….. naik secara eksponensial…. Nilai R ini disebut sebagai ,growth rate,. Di epidemiologi, mungkin mereka lebih fokus kepada ,Basic Reproduction Number ,(Ro), yaitu berapa banyak jumlah orang sehat yang dapat diinfeksi / terinfeksi (tertular) oleh orang yang sakit. Bagaimanapun, dalam masalah nyata dan untuk pengambilan keputusan / kebijakan, nilai Ro ini bukan yang terpenting, karena yang lebih penting adalah ,growth rate, yang menyatakan ,pertumbuhan nyata ,dari jumlah penderita penyakit hari per hari. jika hanya melihat Ro, maka HIV lebih seram dari ebola, faktanya tidak begitu Ilustrasi di bawah menggambarkan pertumbuhan penderita penyakit pada ,growth factor ,(R) = 1,1. contoh ilustrasi dari internet…. inilah yang sedang terjadi di negara mister Bean… Saya tidak tahu berapa nilai R untuk kasus Indonesia (,males ngitung….,), tapi saya coba tampilkan untuk kasus ekstrem di mana nilai R = 1,7. Nilai R = 1,7 pernah terjadi di India baru-baru ini. Asumsi bahwa 3% (berdasar asumsi sang penanya) pasien COVID-19 akan meninggal di hari kesepuluh, maka di hari kesepuluh (dari ilustrasi di atas) akan ada 30 (3% x 1000) orang meninggal tetapi di hari keduapuluh akan ada 6.000 orang meninggal. Hari-hari selanjutnya? lalu, karena lahan pemakaman semakin terbatas, keluarga pasien meninggal protes, kenapa yang meninggal dimakamkan berdiri, atau dikubur selobang sama yang bukan mukhrimnya, atau dimakamkan ke lokasi pemakaman agama lain, dsb….. pusing kan? Lalu, bagaimana nasib 97% pasien yang tidak akan meninggal? ,Kalau bisa hanya diem di rumah terus yakin sembuh ya gapapa,. Kepala kutuan juga merupakan 'penyakit yang sangat menular'. Dulu ketika saya masih SD, pernah terjadi sekolah saya diliburkan seminggu karena satu sekolah kepalanya kutuan semua, sampai ke kucing kepala sekolahnya juga kena. Kutuan sangat menular tapi gag bikin meninggal. Dan juga, 'perawatannya' relatif mudah, gaperlu masuk RS apalagi pakai ventilator. Pasien COVID-19?? Walau ada yang isolasi mandiri dan banyak juga yang sembuh, 20–30% penderita membutuhkan bantuan penanganan medis. Sekarang itung aja, misalnya 20% pasien butuh dirawat selama 10 hari. hari kesatu, 200 orang (20% x 1000) masuk RS hari kedua, 340 orang (20% x 1700) masuk RS dst, di hari kesepuluh, 40 ribu orang masuk RS di hari kesebelas, 200 orang yang dirawat di hari kesatu tadi, akhirnya keluar RS, tapi 68.500 orang pasien baru akan masuk RS Bagaimana dengan daya tampung RS? Jumlah obat? Tabung oksigen? Peralatan medis? Belum lagi bicara tentang moral (semangat) sang dokter, perawat, nakes dll. tak ada tempat tidur buat pasien, kursi roda pun jadi…. kalau tak ada oksigen, mau pakai gelembung ikan di aquarium itu??? Lalu, siapa yang membiayai perawatan pasien COVID-19 di RS? Dalam banyak kasus, negara yang bayar. Dari survei kecil-kecilan yang saya lakukan (yang tidak valid, tentunya), ada tetangga ane yang masuk RS karena COVID-19 bayar Rp 18juta (termurah yang ane tau), tapi emaknya ortu murid ane yang sekolah di sekolah elit masuk RS kudu bayar Rp 1,2M….. Jumlah penderita COVID-19 kumulatif per hari ini (16 Juli 2021) ada 2,1 juta. Anggeplah 15% masuk RS atau Wisma Atlit atau apalah namanya dengan dibiayai pemerintah. Jadinya ada 300.000 pasien. Jika satu pasien menghabiskan dana katakanlah Rp 40juta (masih agak kekecilan sih, menurut saya pribadi… harusnya ada di sekitar 60 - 80 jutaan) dari uang pemerintah, untuk membiayai 300.000 pasien itu jadinya menghabiskan dana Rp 12T…. triliun…. ,bayangin kalau dibeliin kerupuk, duit segitu dapet berapa banyak,…. faktanya, pemerintah sudah keluar lebih dari Rp 100T untuk pengeluaran terkait COVID-19…. Ya kecuali kalau semua pasien yang masuk RS itu [dari semula] disuruh pakai duit sendiri, maka pemerintah tidak perlu setakut begini….. ya tapi tetap saja menakutkan… Jadi yang membuat dunia panik adalah, masalah ,faskes yang sudah over-kapasitas, nakes yang lelah dan jenuh, ,dan ,ekonomi negara yang terpuruk. (3.) tingkat kematian yang rendah Lucunya, tingkat kematian yang rendah ini yang membuat banyak negara menjadi kocar-kacir, ketar-ketir…. China mungkin merupakan negara yang paling berpengalaman dalam hal ini, mengingat wabah SARS juga bermula dari sana. Jadi, ketika terjadi laporan adanya pandemi, walau terjadi sedikit drama, namun pemerintah langsung bergerak dengan keras dan tegas. Tetapi, coba perhatikan, karena angka kematian yang dinilai kecil ini, justru banyak negara yang terkesan menyepelekan, padahal faktor transmisinya ngeri sekali…. dengan masa inkubasi yang pendek pula….. dalam bahasa matematika, berpotensi untuk menghasilkan kurva yang monoton naik. Inilah yang luput dari perhatian, terlalu fokus pada tingkat kematian dan bukannya melihat faktor replikasi. OK, memang dalam epidemiologi, penyakit itu sifatnya adalah ,self-limiting,. Nanti juga turun sendiri….. Nah, nanti ini kapan? Kalau tanya saya yang bukan dokter, saya bilangnya kalau 50% penduduk terinfeksi, ya kurvanya ,PASTI ,turun, karena jika 50% populasi sudah terkena ya tidak mungkin menularkan ke kelompok populasi yang lebih besar lagi karena sisanya ya 50% juga ; kecuali jika terjadi mutasi dan reinfeksi. ,Teori matematikanya ,gitu. Ingat, ini merupakan teori matematika, jadi jangan dikutip / dipakai buat bikin keributan di medsos lain di luar. Jika memasukkan aspek demografi geografi sosiologi dll., yang kalau dihitung (males ngitungnya) ya artinya 'hanya' 15% populasi ,berpotensi ,untuk tertular. Alternatifnya, jika minimal 70% populasi memiliki kekebalan kolektif, maka nilai R akan < 1. Juga, perlu diingat bahwa 97% penderita COVID-19 yang [pasti] ,sembuh ,ini bukannya tidak [akan] menanggung dampak jangka panjang. Ingat, ,sembuh dan pulih itu adalah 2 hal yang berbeda,. Seseorang dinyatakan sembuh kalau kumannya habis, tak terdeteksi. Sesederhana itu. Tetapi, kepulihan memiliki berbagai kriteria kompleks. Dari performa yang bisa dilakukan (misal, sebelum sakit mampu berlari sekian kilo dalam sekian menit dsb.), parameter kimia darah, sampai hal yang sulit dikonfirmasi seperti fraksi alveoli yang masih berfungsi dlsb. Alveolus itu merupakan tempat pertukaran gas, letaknya di dalam paru-paru. Jika infeksi telah mencapai area sini, maka pertukaran gas terganggu. Ibarat anda pergi ke supermarket besar, dilayani 12 orang kasir, tiba-tiba 4 orang kasir kabur barengan karena ngeliyat anggota BTS lagi duduk santai menikmati pijit refleksi di depan mall. 8 orang kasir yang tersisa harus bekerja lebih keras, kan? Tubuh juga begitu. Kalau alveoli kena infeksi, proses pengikatan oksigen terganggu. Kadar oksigen darah terganggu. Tubuh mudah lelah. Kepala mudah pusing (,btw ,otak merupakan organ dengan kebutuhan oksigen bisa mencapai 40% bahkan lebih) atau ,brain fog,, jantung berdebar, mata kabur, dll. Semua karena oksigen darah kurang. Kenapa? Alveoli yang tersisa tidak sebanyak dulu. Kerusakan alveoli 10% berarti alveoli yang tersisa harus bekerja ekstra pada level 111%, kerusakan 20% berarti alveoli harus bekerja pada 125%, dan 30% kerusakan berarti alveoli harus bekerja pada level 150%. Pertanyaannya, ,mampukah,?? Ini masalah medis, bukan matematika. Jika tubuh tidak mampu, konsekuensinya adalah ,long-covid,. Berkurangnya kinerja organ tubuh. Dan butuh waktu 3 bulan - 5 tahun agar bisa kembali pulih seperti sediakala, tergantung kerusakannya plus faktor-faktor lainnya (usia, asupan nutrisi, jenis pekerjaan, penyakit penyerta, bahkan suhu dan kelembaban udara, dll.)…. ,PULIH ,yah, bukan sembuh….. Tetapi, jika dihubungkan dengan pokok pertanyaannya, urusan sembuh / pulih atau kagak adalah masalah pribadi dari masing-masing penderita COVID-19 yang sembuh, si 97% tadi…. bukan masalah negara apalagi masalah dunia. Masalah negara atau dunia, gag jauh dari masalah duit. ,EKONOMI. bukan ekonomi yang ini juga sih…….. COVID-19 menyebabkan banyak pelaku usaha gulung tikar. Dari yang kena COVID-19, yang meninggal 'hanya' 3%. 97% penderita akan tetap hidup, baik yang kembali sehat maupun yang sembuh tetapi tidak pulih. 97% orang selamat ini harus dikasih makan (lebih tepatnya, mencari makan…), sementara produksi komoditi turun. ,Supply turun demand naik,, harga naik. ,INFLASI,. Kebutuhan pokok akan naik harganya. Di satu sisi, karena perusahaan banyak yang bangkrut, lapangan kerja sedikit. Tapi, yang cari kerja banyak. Untuk tenaga kerja, ,supply naik demand turun,, ya harga turun. Siap-siap deh digaji rendah, padahal ,skill ,sekeranjang bahkan segudang. Gaji turun / diturunin tapi harga-harga naik. Belum lagi bakalan banyak pengangguran. Masalah pasca-wabah ini yang [akan] bikin banyak negara sakit kepala, belum lagi melihat begitu banyaknya pengangguran berijazah. Ohya, ini hanya generalisir saja yah, karena bisa saja ada bidang usaha tertentu yang pendapatannya naik bahkan pelaku usahanya bertambah (misal : vitamin, obat, ,hand sanitizer,, produsen baju ,hazmat,, pengrajin peti mati, sampai pabrik plastik untuk menggulung jenazah korban COVID-19) dan tidak menutup kemungkinan beberapa bidang juga akan menawarkan gaji yang naik untuk pekerjanya ; tetapi ,secara umum, hal yang saya tulislah yang akan terjadi. Lebih baik wabah semacam ,Black Death,, di mana 30 - 70% populasi menghadap Yang Kuasa (persen korban meninggal tergantung negara). Ekonomi jatuh? Iya, pasti. Tapi, segera sesudah wabah berakhir, terjadi defisit tenaga kerja, yang berakibat upah buruh naik. Mereka yang punya ladang atau kebun anggur sepetak, karena ,fatality rate ,[katakanlah] 50%, maka kebun milik tetangga yang meninggal bisa diakuisisi (baca : dicaplok), sehingga aset malah meningkat walau nilai propertinya turun. Jadi, pandemi yang menular dengan tingkat kematian rendah itu kompleks sekali implikasinya, dibandingkan dengan yang tingkat kematiannya tinggi. (4.) gejala yang tidak spesifik Gejala yang tidak spesifik, dan tidak parah, ini justru memperparah persebaran penyakit itu sendiri. Kenapa? Karena masih bisa beraktivitas, padahal sakit. Istilahnya, ODGJ… eh, OTG….. OTG bisa dianggap ,carrier ,yang justru bisa menularkan penyakit ini ke banyak orang, karena aktivitas dan mobilitasnya tidak terhambat oleh penyakit, padahal ya ada kuman penyakitnya, cuma secara kasat mata tidak sakit, atau belum…. Bandingkan dengan MERS dan SARS yang gejalanya langsung demam tinggi, engga bisa ngapa-ngapain. Di rumah aja, di ranjang, tidur, gabisa ngapa-ngapain. Peluang menularkan penyakitnya ke orang lain jadi rendah. Identifikasinya juga gampang, pakai ,thermal sensor,. Bandingkan dengan COVID-19 yang gejalanya tidak jelas (padahal sakit), ya artinya kan bawa kuman penyakit. Bisa nularin penyakit. Orang dengan ebola apalagi. Demam 43 °C ke atas, pakai muntah darah plus keringat darah pula, mana bisa keluyuran makan bakso atau ikut-ikutan demo Habib Rizieq. Tidak ada waktu untuk menulari orang lain lagi. Mungkin bisa, tetapi interval atau peluangnya sangat singkat atau minimal. Mau keluyuran, orang demo langsung bubar kalau ngeliyat ada orang keringet darah di jalanan, iya kan? Orang dengan ebola macam itu, yasudah di rumah saja menanti malaikat maut menjemput. Orang lain juga takut dekat-dekat, kan? Jadi wabah akan turun dengan sendirinya setelah beberapa waktu. Terutama karena jalur transmisinya ,bukan ,dari ,airborne,. Sesuatu yang serba tanggung-tanggung itu sangat membahayakan, karena bisa mengelabui. Coba aja tanya emak-emak yang 'kemakan' promo diskon 5%, rata-rata mereka menyesal. Coba kalau diskonnya 50%. Terus kamu tanya, kan yang mati hanya 3%, kenapa banyak negara begitu kuatir? Justru karena 3% itulah negara jadi takut. Takut menghadapi kenyataan masa depan yang suram. Penjelasannya ya itu tadi. RUMIT. Kenapa rumit, karena melibatkan ,integrasi lintas ilmu,. Ya gitu lah….. [ditambahkan / diperbaharui 20 Juli] (5.) kemampuan mutasi Virus corona secara umum memiliki kemampuan mutasi cukup cepat, meskipun masih di bawah influenzavirus (ini alasan mengapa vaksin flu itu jarang ada). Mutasi dapat mengakibatkan vaksin atau pengobatan menjadi kurang / tidak berguna. Bagi yang [pernah] belajar Mikrobiologi, besaran yang penting adalah ,generation time,, atau waktu yang diperlukan untuk 'beranak'. Mutasi itu merupakan suatu keniscayaan karena mutasi itu pasti terjadi, sejak dulu hingga sekarang. Manusia (seseorang, perempuan pastinya) akan mulai memiliki anak pada usia 20 - 30 tahun, tergantung banyak faktor. Ada juga yang 12 tahun sudah punya anak, terutama jaman dulu. Ada juga yang punya anak di umur 40 atau 50, tapi itu ,outlier,…. engga valid angkanya… Tapi, anggaplah 25 tahun itu realistik untuk jaman sekarang. Jadi, ,generation time ,bagi manusia adalah 25 tahun. Bagi kuman, terutama virus COVID-19, angkanya macam-macam. Ada yang bilang 10 jam ada yang bilang 3 hari. Artinya, virus akan 'beranak' setiap 3 hari. Sudah 1,5 tahun berlalu sejak wabah pertama terjadi. Setahun ada 360 hari, jadi satu setengah tahun itu ada 540 hari. Dibagi generation time terlama (3 hari) jadinya ada 180 generasi. Kalau dibagi ,generation time ,tercepat ya artinya ada 1300 generasi. Mutasi bisa terjadi menghasilkan individu dengan karakteristik [agak] berbeda setelah 100 generasi. Jaman Nabi Isa AS (atau Yesus, dalam kepercayaan Nasrani) ke saat ini sudah terpaut 100 generasi, makanya penampakkan manusia di kedua jaman ini 'berbeda sedikit'. 1000 generasi yang lalu (secara kasar, 20.000 tahun yang lalu), penampakkan manusianya berbeda agak lumayan, tetapi masih bisa dikenali, walau perbedaannya ,agak banyak,. Nah, setelah 1000 generasi, virus COVID-19 ini akan bermutasi menghasilkan generasi virus dengan karakteristik yang lumayan berbeda dari generasi pertamanya. Oleh karena itu kita mengenal banyak varian baru bermunculan, karena sudah 100 bahkan 1000 generasi virus terlampaui sejak kemunculan pertamanya. Itupun, virus COVID-19 sebenarnya merupakan 'keturunan' virus SARS, yang eksis 20 tahun yang lalu…. yang artinya, 10.000 generasi yang lampau. Akibatnya apa? ,Generation time ,yang cepat artinya mutasi akan terjadi lebih cepat. Berbagai virian / varian baru akan menampakkan diri dalam waktu relatif cepat. Padahal tujuan mutasi adalah menghasilkan individu yang paling sukses….. individu ini, maksudnya tak lain adalah virus. Jika virus tidak diserang secara ,blietzkrieg, atau serangan kilat, maka virus akan keburu mengalami mutasi. Jika bermutasi, maka keampuhan vaksin bahkan obat virus menjadi dipertanyakan. Padahal, mengembangkan vaksin itu butuh sumber daya : waktu, tenaga, pikiran, dan uang. Ini alasannya mengapa negara maju seperti AS, Rusia, dan China rela menyumbangkan vaksin ke negara miskin. Karena jika tidak, di sana virus akan bermutasi, menghasilkan virian baru yang suatu saat dapat kembali menyebar ke seluruh dunia lagi, dan ujung-ujungnya mengancam ekonomi mereka. Persis seperti SARS yang mewabah di 2002 lalu menghilang, dan selang 10.000 generasi kemudian, keturunannya si COVID-19 kembali muncul. Jadi, ya lebih baik negara-negara maju itu membantu vaksinasi di negara tertinggal. Ada juga opsi lainnya, yaitu dinuklir saja. Tetapi, ini bukanlah opsi yang bijak. (6.) membuat obat antivirus itu sulit Sebagaimana ditulis di atas, membuat obat antivirus itu sulit, tidak sesulit antibiotik untuk membunuh bakteri. Alasannya adalah, virus itu bukanlah makhluk hidup sejati. Virus tidak memiliki organel sel, sehingga antibiotik tidak memiliki 'target untuk diserang'. Sehingga, plasma serum dari pasien yang telah sembuh seringkali menjadi harapan untuk sembuh bagi pasien yang parah. Bagi yang belum terjangkit, serum diharapkan mampu membuat tubuh menjadi lebih siap dalam menghadapi invasi virus. Selain itu, mendesain obat antivirus itu cukup susah. Apalagi dengan kemampuan virus untuk bermutasi, bukannya tak mungkin penelitian yang panjang itu menjadi sia-sia. Oleh sebab itu, di masa mendatang mungkin ,obat herbal, akan menjadi alternatif yang menjanjikan. (7.) ditipu statistik OK, nah ini mungkin agak OOT (,out of topic,). Waktu SD, emak ane kalau ketemu temen-temen arisannya selalu ngebanggain prestasi ane, yang rankingnya selalu peringkat 10 besar. Tapi, kalau di rumah ane selalu digebukin pake pukulan kasur 'hanya' gara-gara masuk peringkat (ranking) lima. Setelah agak gedean, ane baru sadar, emak ane bukannya berkepribadian ganda atau bipolar, tetapi karena ,angka itu tidak boleh ditafsirkan dengan mudah,. sekarang tau kan, kenapa ane dimarahin emak padahal ranking lima?? Emak ane ngebangga-banggain ane yang ranking lima di depan grup arisan bukan karena berbohong. Tetapi ,ada informasi yang tidak lengkap,. Rangking lima terlihat hebat, padahal [informasi yang hilang adalah] muridnya hanya 6 orang. Rangking 5 dari 6 ya artinya blo'on. Lalu, apa hubungannya? Baiklah, pada 15 Juli 2021 ada 56700an kasus COVID-19, sedangkan pada 18 Juli 2021 tercatat 44700an kasus. Ada 14% penurunan, jika melihat angka tersebut. Tetapi jika ditilik lebih lanjut, berapakah jumlah spesimen yang dianalisis? Apakah jumlah sampel yang dianalisis pada kedua hari tersebut adalah sama? Belum tentu. Jadi, jangan mau ditipu oleh angka. Juga, dikatakan bahwa angka kematian akibat COVID ini adalah 3%. Itu adalah angka resmi, angka yang tercatat. Artinya, 3% meninggal setelah mendapatkan intervensi medis. Coba aja pikir, Singapura ada 63.000 kasus COVID-19, tetapi yang meninggal hanya 36 orang, gasampe 1% bahkan gasampe 0,1% itu mah….. Kenapa bisa begitu? Karena penanganannya beda…. teknologinya beda…. makanya hasilnya beda…. ya plus faktor lainnya. Nah sekarang coba dipikir, dengan penambahan kasus seperti ini, akankah RS dan faskes mampu menampung luapan pasien COVID-19? Coba lihat lagi faktor kedua di atas. Jika RS dan faskes tak lagi mampu menampung pasien COVID-19, masihkah tingkat kematian berada di 3%? Jika stok obat dan oksigen habis (atau ditimbun oleh oknum gag punya hati), masihkah tingkat kematian berada di 3%? Jika dokter, perawat, nakes, dll. sudah stress (mereka juga manusia!!!) bekerja tanpa henti, masihkah tingkat kematian berada di 3%? Ya pikir saja sendiri. Ambil contoh yang mirip (tingkat kematiannya), ,dengue fever ,alias demam berdarah itu tingkat kematiannya sedikit di atas 2% jika mendapatkan penanganan medis. Mirip COVID-19, kan? Mau tahu, berapa tingkat kematiannya jika tidak ditangani secara medis? ,Fatality rate ,30%… satu dari tiga akan mati jika tidak ditangani secara medis…. Orang Singapore kalau kena COVID-19 mungkin akan tewas seperlima sampai seperempatnya jika tidak ditangani secara medis… sementara orang Indonesia yang terkenal 'kuat', paling-paling 'hanya' akan meninggal sepersepuluh sampai seperdelapannya….. Ya tapi itu artinya, setengah juta orang bisa meninggal karena sikap kemasabodohan, menggampangkan, ,engke kumaha engke,, dan prinsip hidup di tangan Tuhan….. Yasudalah, mau diapakan lagi. Akhirnya, ya masing-masing akan berjuang untuk tetap hidup. Jika vaksinasi sampai gagal karena laju mutasi virus lebih cepat daripada laju vaksinasi (poin kelima), ya akhirnya kembali ke imun dan / atau dompet masing-masing. jadi ingat game jaman dulu…… >>>>> Lalu apa yang bisa kita lakukan? Secara individual tidak ada yang bisa kita lakukan yang berdampak global. Hal yang bisa dilakukan adalah, jangan sampai tertular dan jangan menulari. Sebisa mungkin ikutilah himbauan pemerintah. Yasudah, itu saja. tak perlu galau menatap masa depan…. Terakhir, mohon maaf jika ada kesalahan penulisan atau pemilihan kata yang kurang berkenan. Terima kasih sudah berkenan mampir ke mari. Referensi :

Apakah Korea Selatan pada tahun 1998 lebih maju daripada Indonesia pada tahun 2000 secara kecanggihan teknologi, fasilitas dan infrastruktur yang digunakan?

Korsel lebih cepat dan sigap. Padahal pernah krisis juga. Gedung -gedung sudah mulai tinggi di Seoul. Kedatangan Michael Jackson berfoto ria dengan Kim Dae Jung. World Cup 1998 Perbandingan Transportasi: Korea Selatan 1998. Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Korsel: Dapat dilihat kan Krisis keuangan Asia. Periode krisis keuangan yang menerpa hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997 dan menimbulkan kepanikan bahkan ekonomi dunia akan runtuh akibat penularan keuangan. Hingga 1998. Bagaimana dengan Indonesia? Pada Juni 1997, banyak yang berpendapat bahwa Indonesia masih jauh dari krisis. Karena beberapa pandangan ketika itu menyatakan bahwa Indonesia berbeda dengan Thailand. Indonesia memiliki inflasi yang rendah, surplus neraca perdagangan lebih dari US$900 juta, cadangan devisa cukup besar, lebih dari US$20 miliar, dan sektor perbankan masih baik-baik saja. Krisis moneter 1997 yang menghantam Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan, merupakan fenomena ekonomi politik yang sangat langka dan dramatis di penghujung akhir millennium kedua. Setidaknya terdapat beberapa model pilihan terhadap penyelesaian krisis saat itu, yakni : Dengan melibatkan peran IMF sebagai lembaga keuangan global dengan paket restrukturisasi yang kata banyak orang sangat kapitalistik. Anti pelibatan IMF, dengan mengedepankan nasionalisme ekonomi. Indonesia kemudian memilih (dengan ragu-ragu) keterlibatan IMF, yang ditentang keras sejumlah LSM, bahkan sejumlah menteri, dan sampai kini pilihan itu belum menunjukkan keberhasilan penuh untuk keluar dari krisis. Malaysia dengan tegas menolak IMF, dan hasilnya lumayan, walaupun belum seluruhnya selesai tetapi berhasil meningkatkan GNP per kapita mereka. Sedangkan Korea selatan dengan tegas mengundang keterlibatan IMF, bahkan dengan sejumlah bantuan yang terbesar yang pernah dilakukan IMF kepada peminjam tunggal, yakni sebesar AS $56 Milyar, dan ternyata Korea Selatan berhasil melunasi seluruh hutangnya, bahkan tiga tahun lebih cepat dari yang direncanakan.

Mengapa setelah vaksin Sinovac hasil PCR saya positif dengan CT 36.98? Padahal sebelum vaksin H-1 hasil PCR saya negatif, dan setelah vaksin, saya selalu di rumah & tidak kontak dengan orang lain.

Bagaimana dengan periode waktu antara 'H-1 vaksin' dengan setelah vaksin? Bagaimana seandainya ternyata bukan vaksinnya yang membuat anda kemasukan virus SARS-COV2, tapi justru sepeda motor Anda yang barusan dipindah tukang parkir misalnya? Atau Kaca jendela mobil yang tak sengaja kecipratan droplet tukang parkir yang menyebrangkan di perempatan? Atau ada nanodroplet yang melayang di udara belum sempat jatuh ke tanah dan Anda lewat sehingga masuk mata? … Terlalu banyak kemungkinannya, Terlalu sempit bila kita hanya seolah menuduh 'vaksin' sebagai biang keladi penularannya. Harus dibuktikan dengan penelitian dengan desain pemeriksaan yang sama dengan yang Anda jalani: SWAB pcr sebelum dan sesudah yang dilakukan sedikitnya 30 orang, lalu diam dirumah dan diperiksa keesokan harinya. Bila hasilnya sama dengan yang Anda alami (dari negatif menjadi positif), berarti bisa kita curigai vaksin sinovac mungkin menularkan dan menyebabkan PCR jadi positif. Bila tidak? Bisa saja ada kesalahan operator saat swab 'tidak kecantol' virusnya di cotton bud yang dimasukkan hidung. Sebagai contoh kasus: Virus SARS-COV2 yang ada di nasofaring itu 97% kemungkinannya. 3% nya bisa jadi tak pernah nempel disana. Tapi di cairan paru2 atau malah di usus. Bagaimana kira2 hasil swabnya orang2 begini? Ya tetap negatif! Tapi klinis, rontgen, dan darah yang mengarah ke viral infection tak bisa bohong.

HOME